assalamualaikum sahabat...
ketemu lagi nih sama aku di catatan-anita, sekarang cuacanya lagi hujan di daerah ciputat...
hujan-hujan gini cocoknya sih tarik selimut sama bobo cantik ya hehe..."setuju setuju??."
* maksa banget ya...😁
Berhubung suami sudah sarapan dan berangkat mencari nafkah untuk istrinya yang katanya "tercantik" ini...eheem...
*anita geer banget,
Dan karena masih perlu istirahat juga karena perjalanan kemarin..
jadilah istrinya ini sambil rehat sambil bikin tulisan.
Sedikit curhat ya sahabat,..ternyata nulis itu bikin kita happy loh (pasang muka bahagia 😊).
Sebelum-sebelumnya aku terlalu serius kalau mau nulis di "buku pamungkas" nya aku.
Jadi sedikit bocoran nih...buat sahabat, buku pamungkas aku itu buku catatan-anita yang nyata...
biasanya di buku-buku tulis, binder, diary, atau apapun bisa hihi...ah sudahlah..
Back to the track,
Kenapa sih aku ngomongin hujan atau tentang cuaca di awal ?
karena sebenernya niatnya aku tadi nulis gini...
kalau hujan selain bobo cantik bisa juga dong bikin makanan ala-ala.
Pasti sahabat yang udah berumah tangga, apalagi yang udah punya anak muter otak ya?
mau masak apa ya yang cocok di suasana hujan begini ?
*begitulah...tantangan ibu rumah tangga ya..
Nah lanjut nih, jadi kemarin itu aku sampe rumah jam 1 malam dari perjalanan ke Tangsel dari Yogya.
Trus mungkin cuma tidur 3 atau 4 jam-an gitu. Dan pagi-pagi itu rasanya masih cape untuk belanja...
Dan tiba-tiba...tring...jadilah terfikir apa kata budeku...
" Nit, kalau habis cape-cape kita makan bubur sumsum, biasanya begitu nit nanti badan jadi enak, besok bikin ya nit buat bapakmu."
Itu kata budeku pas sekitar 1 bulan lalu setelah perjalanan Tanggerang Selatan-purwokerto-yogyakarta-balik ke Tangsel again lagi via mobil pribadi.
Lalu kebetulan aku inget-inget kayaknya ada sisa tepung beras yang waktu itu sisa bikin bubur sumsum.
Gula aren juga masih ada. Cuma aku ga punya santan sama daun pandan.
Tapi ya mau begimanah lagih sahabat?
badan masih cape, jadilah tantangan itu membuat rangsangan yang sampe terjadi loncatan-loncatan listrik antara sinapsis..
supaya ada ide buat pakai bahan alternatif.
Sebelum kita bahas tentang cara membuatnya yang ala-ala aku ini,
kita cek and ricek dulu ya sahabat tentang sejarah bubur dan akhirnya tentang bubur sumsum.
Dari beberapa sumber yang aku baca, ga ada keterangan jelas sejak kapan dan dimana tepatnya bubur sumsum berasal.
Tapi kalau ada yang punya info, boleh atuh di share. Let's kita cek...yuk sahabat...
Sejarah bubur sumsum
Untuk sejarah bubur sendiri menurut Murdijati Gardjito,
Guru Besar dan peneliti pangan dari Universitas Gadjah Mada dalam artikel kompasiana agustus 2017:
Menurutnya, pas zaman penjajahan aja, bubur itu dimakan kalau terjadi gagal panen atau ga mampu membeli cukup beras.
Bisa juga karena jadwal panen yang mundur atau kalau ada krisis terkait dengan beras.
Nah jadi sahabat, orang dulu memasak beras dengan menambah banyak air supaya mencukupi kebutuhan keluarga.
Masih kata bapak Murdijati, dalam kuliner tradisional Jawa...
Biasanya jenis makanan itu erat kaitannya sama kerajaan yang berkembang dulu.
Tapi kalau bubur ini ga ada kaitannya.
Katanya bubur lahir alasannya ya cuma karena perjuangan orang kalangan bawah untuk memenuhi kebutuhan pangannya sehari-hari.
Dari segi makna, menurut penulis literatur kuliner yang masih aktif sampai sekarang ini,
paradigma yang ada di etnis Tionghoa itu katanya sih bubur merupakan simbol kemiskinan.
Tapi kalau menurut orang Jawa, dimaknai sebagai simbol pemerataan,
so, melalui bubur itu bisa lebih merata dan bisa lebih banyak yang makan.
Menurut budaya Indonesia, lagi-lagi khususnya Jawa, bubur disajikan dalam ritual adat yang melibatkan banyak orang.
Bubur akan dibagi rata pada peserta adat atau panitia yang membantu acara tersebut.
Seperti dalam pernikahan Jawa (mantenan) ada sesi "sumsuman" atau membagikan bubur sumsum.
Owalah...pantesan budeku nyuruh bikin bubur sumsum...
jadi ini to asal sejarahne...pie iki wong jowo ora ngerti??
*aduh...salah ga ya bahasanya?
hehe..maklum saya orang Jawa kw...no sekian..hehe, padahal bapake inyong asale Cilacap..
*ups ketahuan
Lanjut...mba..mas..hehe
Bubur itu kan perbandingan airnya empat kali beras, jadi kebayang kan sahabat gimana berlipat-lipatnya volume si beras itu.
Jadi inget slogan yang sering seliweran,
mangan ora mangan sing penting kumpul hehe.
kalau dalam hal ini sego udu sego (bubur) sing penting beras.
*ngarang bebas hehe
Oke deh, jadi begitu ya ternyata teman-teman sejarahnya,
emang ya kita mesti banyak nulis..atau berbagi jadi ada motivasi untuk baca-baca...
*yups semangat kawan-kawan pelatihan teh Tetty... (sambil benerin khimar dan ganti posisi nguetik) hehe.
Dari semua info tadi, jadi makin inget ya sahabat kalau Allah itu baik banget sama kita...
kita nih orang Indonesia yang rata-rata makanan pokoknya beras...
meski sekarang beras lagi mahal (inget curcolan emak-emak di grup pelatihan blogging kemaren),
tapi Allah kasih nikmat sumber air...yang bisa bikin beras jadi bubur dan bisa dinikmati banyak orang.
Dan dari air itu menjadi berbagai makanan dan yang lainnya sebagai rezeki bagi kita.
Hal itu tertulis dalam beberapa ayat Al-quran di antaranya Qs 2, Al-Baqarah ayat 21-22
Juga dalam ayat 172 :
Bayangin yang tadi kata bapak Murjiati to mas...mba..
perbandingannya beras sama air itu 1:4.
Yang harusnya kalau cuma dimasak jadi nasi cuma sepiring..
eh ini bisa jadi banyak piring (tergantung porsi juga sih ya)
Sip sahabat, kita lanjut besok ya insya Allah di part 2 nya tentang bubur ini.
kita tutup dengan pantun yuks..
Pak Amat makan bubur
Putihlah warna mangkoknya
Emak-emak besok boleh libur
kalo udah setor odopnya...
Sumber:
https://www.google.co.id/amp/banjarmasin.tribunnews.com/amp/2017/08/14/inilah-sejarah-bubur-dalam-kuliner-indonesiagi jadi ada motivasi untuk baca-baca...
ketemu lagi nih sama aku di catatan-anita, sekarang cuacanya lagi hujan di daerah ciputat...
hujan-hujan gini cocoknya sih tarik selimut sama bobo cantik ya hehe..."setuju setuju??."
* maksa banget ya...😁
Berhubung suami sudah sarapan dan berangkat mencari nafkah untuk istrinya yang katanya "tercantik" ini...eheem...
*anita geer banget,
Dan karena masih perlu istirahat juga karena perjalanan kemarin..
jadilah istrinya ini sambil rehat sambil bikin tulisan.
Sedikit curhat ya sahabat,..ternyata nulis itu bikin kita happy loh (pasang muka bahagia 😊).
Sebelum-sebelumnya aku terlalu serius kalau mau nulis di "buku pamungkas" nya aku.
Jadi sedikit bocoran nih...buat sahabat, buku pamungkas aku itu buku catatan-anita yang nyata...
biasanya di buku-buku tulis, binder, diary, atau apapun bisa hihi...ah sudahlah..
Back to the track,
Kenapa sih aku ngomongin hujan atau tentang cuaca di awal ?
karena sebenernya niatnya aku tadi nulis gini...
kalau hujan selain bobo cantik bisa juga dong bikin makanan ala-ala.
Pasti sahabat yang udah berumah tangga, apalagi yang udah punya anak muter otak ya?
mau masak apa ya yang cocok di suasana hujan begini ?
*begitulah...tantangan ibu rumah tangga ya..
Nah lanjut nih, jadi kemarin itu aku sampe rumah jam 1 malam dari perjalanan ke Tangsel dari Yogya.
Trus mungkin cuma tidur 3 atau 4 jam-an gitu. Dan pagi-pagi itu rasanya masih cape untuk belanja...
Dan tiba-tiba...tring...jadilah terfikir apa kata budeku...
" Nit, kalau habis cape-cape kita makan bubur sumsum, biasanya begitu nit nanti badan jadi enak, besok bikin ya nit buat bapakmu."
Itu kata budeku pas sekitar 1 bulan lalu setelah perjalanan Tanggerang Selatan-purwokerto-yogyakarta-balik ke Tangsel again lagi via mobil pribadi.
Lalu kebetulan aku inget-inget kayaknya ada sisa tepung beras yang waktu itu sisa bikin bubur sumsum.
Gula aren juga masih ada. Cuma aku ga punya santan sama daun pandan.
![]() |
Sisa Tepung Beras |
![]() |
Gula Aren |
Tapi ya mau begimanah lagih sahabat?
badan masih cape, jadilah tantangan itu membuat rangsangan yang sampe terjadi loncatan-loncatan listrik antara sinapsis..
supaya ada ide buat pakai bahan alternatif.
Sebelum kita bahas tentang cara membuatnya yang ala-ala aku ini,
kita cek and ricek dulu ya sahabat tentang sejarah bubur dan akhirnya tentang bubur sumsum.
Dari beberapa sumber yang aku baca, ga ada keterangan jelas sejak kapan dan dimana tepatnya bubur sumsum berasal.
Tapi kalau ada yang punya info, boleh atuh di share. Let's kita cek...yuk sahabat...
Sejarah bubur sumsum
Untuk sejarah bubur sendiri menurut Murdijati Gardjito,
Guru Besar dan peneliti pangan dari Universitas Gadjah Mada dalam artikel kompasiana agustus 2017:
sejarah di balik penggunaan awal bubur di Indonesia yakni kisah di balik semangkuk bubur tersebut tak ubahnya sebuah trik memperjuangkan hidup pada masa kritis di Indonesia, khususnya Jawa. Dari ratusan jenis bubur di Indonesia ini sangat jarang yag asalnya dicampur dengan lauk hewani. Karena kasta bubur itu dibawah nasi.
Menurutnya, pas zaman penjajahan aja, bubur itu dimakan kalau terjadi gagal panen atau ga mampu membeli cukup beras.
Bisa juga karena jadwal panen yang mundur atau kalau ada krisis terkait dengan beras.
Nah jadi sahabat, orang dulu memasak beras dengan menambah banyak air supaya mencukupi kebutuhan keluarga.
Masih kata bapak Murdijati, dalam kuliner tradisional Jawa...
Biasanya jenis makanan itu erat kaitannya sama kerajaan yang berkembang dulu.
Tapi kalau bubur ini ga ada kaitannya.
Katanya bubur lahir alasannya ya cuma karena perjuangan orang kalangan bawah untuk memenuhi kebutuhan pangannya sehari-hari.
Dari segi makna, menurut penulis literatur kuliner yang masih aktif sampai sekarang ini,
paradigma yang ada di etnis Tionghoa itu katanya sih bubur merupakan simbol kemiskinan.
Tapi kalau menurut orang Jawa, dimaknai sebagai simbol pemerataan,
so, melalui bubur itu bisa lebih merata dan bisa lebih banyak yang makan.
Menurut budaya Indonesia, lagi-lagi khususnya Jawa, bubur disajikan dalam ritual adat yang melibatkan banyak orang.
Bubur akan dibagi rata pada peserta adat atau panitia yang membantu acara tersebut.
Seperti dalam pernikahan Jawa (mantenan) ada sesi "sumsuman" atau membagikan bubur sumsum.
Owalah...pantesan budeku nyuruh bikin bubur sumsum...
jadi ini to asal sejarahne...pie iki wong jowo ora ngerti??
*aduh...salah ga ya bahasanya?
hehe..maklum saya orang Jawa kw...no sekian..hehe, padahal bapake inyong asale Cilacap..
*ups ketahuan
Lanjut...mba..mas..hehe
Bubur itu kan perbandingan airnya empat kali beras, jadi kebayang kan sahabat gimana berlipat-lipatnya volume si beras itu.
Jadi inget slogan yang sering seliweran,
mangan ora mangan sing penting kumpul hehe.
kalau dalam hal ini sego udu sego (bubur) sing penting beras.
*ngarang bebas hehe
Oke deh, jadi begitu ya ternyata teman-teman sejarahnya,
emang ya kita mesti banyak nulis..atau berbagi jadi ada motivasi untuk baca-baca...
*yups semangat kawan-kawan pelatihan teh Tetty... (sambil benerin khimar dan ganti posisi nguetik) hehe.
Dari semua info tadi, jadi makin inget ya sahabat kalau Allah itu baik banget sama kita...
kita nih orang Indonesia yang rata-rata makanan pokoknya beras...
meski sekarang beras lagi mahal (inget curcolan emak-emak di grup pelatihan blogging kemaren),
tapi Allah kasih nikmat sumber air...yang bisa bikin beras jadi bubur dan bisa dinikmati banyak orang.
Dan dari air itu menjadi berbagai makanan dan yang lainnya sebagai rezeki bagi kita.
Hal itu tertulis dalam beberapa ayat Al-quran di antaranya Qs 2, Al-Baqarah ayat 21-22
Wahai manusia! sembahlah Tuhanmu (Allah) yang telah menciptakan kamu, agar kamu bertaqwa.
(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,
Dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki bagi kamu. Karena itu janganlah kamu memgadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.
Juga dalam ayat 172 :
Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya memyembahNya.
Bayangin yang tadi kata bapak Murjiati to mas...mba..
perbandingannya beras sama air itu 1:4.
Yang harusnya kalau cuma dimasak jadi nasi cuma sepiring..
eh ini bisa jadi banyak piring (tergantung porsi juga sih ya)
Sip sahabat, kita lanjut besok ya insya Allah di part 2 nya tentang bubur ini.
kita tutup dengan pantun yuks..
Pak Amat makan bubur
Putihlah warna mangkoknya
Emak-emak besok boleh libur
kalo udah setor odopnya...
Sumber:
https://www.google.co.id/amp/banjarmasin.tribunnews.com/amp/2017/08/14/inilah-sejarah-bubur-dalam-kuliner-indonesiagi jadi ada motivasi untuk baca-baca...
Mauuu dong dibikinin bubur sum sum sama Anita, heuheu. Aku suka banget jengs sama kuliner indonesia, termasuk bubur sumsum jugaa.
BalasHapussama jeng aku juga suka banget...hayu hayu... 😊
Hapusternyata bubur aja ada filosofinya ya.. kudu nambah referensi baha bacaan lagi nih. thx ya bun anita buat infonya
BalasHapusiya bun betul rata2 makanan indonesia begitu unik..banyak kisah dibalik sehidang makanan hehe..sami2 bun smoga bermanfaat
Hapusaq nungguin kelanjutannya ah..hehhehe
BalasHapussiap muna..silahkan..smoga bermanfaat
HapusSeruuuu lanjuuut
BalasHapusyuuuk..moga bermanfaat mba..
HapusJadi teringat masih ada tepung beras, pengen juga bikin bubur sumsu
BalasHapusnah iya mba..dibuat aja..mantap...buat keluarga tercinta hehe
Hapusnah iya mba..dibuat aja..mantap...buat keluarga tercinta hehe
Hapusboleh banget tuh mba..buat keluarga tercinta...
HapusAku bisanya cuma bubur kacang ijo ala ala deyh😂😂😂
BalasHapusdi share aja mba..burjo ala2 nya...siapa tahu banyak yg terinspirasi mba..
Hapusdi share aja mba..burjo ala2 nya...siapa tahu banyak yg terinspirasi mba..
HapusBalada bubur sumsum kesukaan aq bubur sumsum cuma pegel bikinnua gwhwhwh
BalasHapushihi nah ada tipsnya mba..biar ga trlalu pegel di part 2 nya
Hapushihi nah ada tipsnya mba..biar ga trlalu pegel di part 2 nya
Hapus