Assalamualaikum sob, udah lama juga nih off nulis blog.
Dan seakan banyak hal yang berseliweran di otak yang bisa aja ga ada manfaatnya kalau ga ditulis atau dishare ke orang lain.
Ya mudah-mudahan aja bisa terus konsisten aktif di dunia kepenulisan dan bermanfaat untuk bekal ke akhirat.
Amin-amin ya Allah.
Sip...
Tulisan kali ini sebenarnya jadi sebuah momok besar dalam dunia manusia.
Serius pisan ya segala pake frase dunia manusia...😀.
Kita mulai serius nih ya...kenapa sih dipilih judul "genggam tanganku, bersabarlah, perlahan ku pun kan melangkah?.
Bahkan mungkin bagi sebagian orang yang dianugrahi banyak nikmat kasat mata yang bisa dinilai manusia seperti fisik yang sempurna, kecepatan dalam mempelajari sesuatu, rezeki yang seakan amat mudah menjemputnya,dll. Pun pasti ada sisi kekurangannya.
Misalnya kurang dari sisi pengendalian emosi, kecerdasan spiritualnya, atau yang lainnya.
Itu hanya satu contoh ya sob, yang intinya setiap kita ga ada yang sempurna.
Allah telah menciptakan manusia sedemikian rupa dengan seadil-adilnya dan menjadi peluang bagi kita untuk saling berusaha menutupi kekurangan orang lain dengan kelebihan yang dianugrahi pada kita dan begitu pula sebaliknya.
Dalam segala kekurangan yang kita miliki, sesungguhnya terbersit harapan pada orang yang kita percayai untuk tetap menggenggam tangan kita dan terus bersabar dalam membimbing kita untuk melangkah lebih baik lagi.
Is it right ?.
Walaupun memang harapan itu hanya kita gantungkan kepada Allah..
tapi bukankah Allah menjadikan manusia sebagai khalifah untuk beribadah di bumi ini dan salah satu fungsinya adalah saling tolong menolong dalam kebaikan?.
Jika kita senantiasa bisa menjadi "agen kebaikan dari Allah" sungguhlah Allah pasti akan menolong kita dan memberikan karunia yang banyak pada kita. amin ya Allah.
Yup untuk pembahasan kali ini akan aku persempit ya sob...
kita akan mencoba membahas perasaan dalam suatu individu tentang sebuah harapan ingin digenggam ini dalam dunia pendidikan.
Sudut harap seorang anak
Apakah yang kita rasakan saat melihat ekspresi wajah anak yang seperti itu?
duh..rasa meleleh ga sih...sob...?😌
tentu mereka kan berbahagia bila harapan mereka bergayung sambut dengan kesediaan kita dalam membimbing mereka akan suatu hal yang belum dapat mereka lakukan.
Walaupun menurut pengalaman aku sendiri, selama belajar mengajar, tidak semua anak juga yang mengekspresikan hal itu ketika mereka ingin dapat melakukan sesuatu.
Bisa jadi karena mereka belum menyadari apakah hal itu penting atau tidak bagi mereka atau mereka yang memang belum bisa memberikan gambaran ekspresi sesuatu yang hasilnya sesuai dengan yang ditangkap orang lain. Jadi mereka ya merasa biasa aja gitu...
Namun sebagai orang dewasa yang sudah memahami pentingnya sesuatu, maka tugas kita lah untuk berusaha bersabar dalam membimbing mereka untuk belajar melakukan hal tersebut.
Fakta di lapangan
ini kenapa sih bacanya susah banget...
ya ampun masa gitu aja ga bisa sih...
udahlah cape ngajarin kamu...
nih masih ga rapih nih hasil setrikaannya, yang bener dong ngerjainnya
hayo..jujur..
pernah apa pernah?
hehe..
*taubat ya Allah..
astagfirullah
Jujur terkadang sebagai orang yang belajar menjadi pengajar...
mungkin ketika pengendalian emosi kita sedang kurang stabil, kita bisa saja menjadi geram dengan prilaku seorang anak.
Apakah hal itu disebabkan karena rendahnya daya tangkap mereka, atau prilaku yang tidak sesuai tata tertib atau menurut benak kita.
Namun tetap kita perhatikan ya sob...geram seperti apa yang masih bisa ditolerir ?
Geram yang diekspresikan secara langsung bisa saja membuat kita kurang semangat dalam membimbing anak tersebut atau melabeli mereka dengan kata yang buruk.
Bahkan yang lebih parah lagi menjadi tidak respect dan bersikap tidak baik pada mereka.
Sebisa mungkin sebagai pengajar, kita mesti terus mengasah kecerdasan emosi dan spiritual kita dan memperbanyak mencari ilmu dan melihat fakta di lapangan agar Allah menganugrahkan kesabaran yang luas bagi kita dalam membimbing anak-anak.
Dan agar sudut pandang kita terhadap suatu masalah menjadi luas sehingga bisa memikirkan strategi dan solusi untuk membimbing anak-anak untuk menemukan sisi hebatnya.
Karena tak dipungkiri perkataan atau prilaku tak menyenangkan dari seorang guru akan sangat membekas di hati muridnya yang akan terbawa hingga dewasa.
Sama halnya dengan kita orang tua, jikalau kita melabeli anak dengan hal yang buruk atau berprilaku tidak baik bisa jadi anak kurang termotivasi untuk belajar hal baik.
Memang sabar itu tidak mudah ya sob...
dan mesti kita sadari kemampuan belajar anak itu berbeda-beda.
Sisi hebat anak juga berbeda-beda.
tapi percayalah bahwa walau dengan perlahan, mereka terus dan terus sedang belajar,
mereka sedang meniti jalannya dan mereka perlu orang yang bersabar dalam membimbingnya menuju lebih baik.
Supaya makin mantap yuk kita review sedikit buku pak Munif Chatib yang berjudul semua anak bintang.
Review Buku Semua Anak Bintang
Benarkah semua anak cerdas ?
for most human history, there was no scientific definition of intelligence. No doubt, people spoke often enough about the concept of intelligence and labelled others as more or less "bright", "dull", "clever", or intelligent. Outstanding figures as diverse as Thomas Jefferson, Jane Austen, Frederick Douglas, or Mahatma Gandhi could all be called "smart". Such informal discussion sufficed in ordinary parlance, but chiefly because people rarely challenged one another on just what was meant by inttelligent. ( Howard Gardner, Frame of Mind )
Kebanyakan orang menganggap orang cerdas ya dari sisi intelegensi yang diartikan secara sempit.
Gampangnya kita suka bedakan gini, oh dia anak pintar oh dia tidak pintar.
Padahal intelegensi itu luas banget dan banyak dari kita yang belum mengasah dan menyadari hal tersebut.
Sering anak dianggap tidak cerdas kaitannya dengan:
- susah memahami sebuah pengetahuan
- perilaku yang dianggap terlalu aktif
- cedera otak dengan label :autisme, cerebral palsy,disleksia,diskalkulia,dll
Dalam buku ini, daftar panjang ketidakmampuan anak-anak kita tersebut sepakat dinamakan dengan hambatan, bukan tidak cerdas.
Hambatan yang dimaksud adalah hambatan belajar, yaitu kesulitan anak memahami sebuah informasi atau instruksi dari orang lain, dengan berbagai sebab: trauma dan lain-lain.
Hambatan belajar sendiri terbagi dua, yakni
hambatan belajar internal
Biasanya disebabkan cedera otak dan dibuktikan secara medis, seperti autisme, cerebral palsy, down syndrome.
hambatan belajar eksternal
Biasanya disebabkan stimulus yang tidak tepat oleh pemberi informasi (seperti guru, orang tua, dll.) kepada penerima informasi.
Kesimpulannya jika ada anak yang secara fisik otaknya sehat, tidak mengalami cedera otak, lalu anak itu masih mengalami hambatan belajar.
Maka solusinya adalah orang tua dan gurunya yang harus mengetahui gaya belajar anak tersebut.
Masih penasaran?
Kita lanjut lagi di part 2 ya sob...
semangat...yup...
Wah sama banget yg saya alami, suka ga sabaran ngajarin anak, apalagi anak saya itu agak lambat menerima pelajaran. Saya Harus lebih sabar lagi ya.....
BalasHapusiya mba betul tantangannya jadi orang tua ya mba...jadi inget dulu jaman kecil kita kaya gimana ya?.kayaknya menguji kesabaran guru2 sama orang tua kita banget..hihi��
HapusBetul bgt mba..harus melatih diri untuk lebih bersabar lagi terlebih kalau ngajar anak yang masih kecil.hehe
BalasHapusiya mba betul anak..mesti ekstra sabar utk mmbimbing anak kecil..istimewanya kalau anak kecil kesel sama kita pas ditegasin..dia bisa cepet lupa..dan baik lagi..tapi kalau udah usia besar...mantap..pengalaman sama anak sma..yg prnah ga jujur pas ujian..cuma dicatet namanya lgsung ilfil sama kita hihi
HapusBetul bgt mba..harus melatih diri untuk lebih bersabar lagi terlebih kalau ngajar anak yang masih kecil.hehe
BalasHapusSabar itu susah ya. Semoga ke anak sendiri mah bisa sabar.
BalasHapusiya mba apalagi kalau fikiran lagi mumet..mesti tarik nafas..inget Allah..supaya hati terbuka, memang tugas mendidik itu mantap ya mba..tp msti hrus smangat. terus..bismillah..
HapusAku juga kalo lagi ngajarin kifah suka gak sabaran jengs, heuheu. Beda emang kalau ngajarin anak sendiri mah sesuatu, heuheu
BalasHapushihi semangat jeng2..secara kifah anakny kinestetik banget..mesti muter otak terus ya jeng...spya dia semangat terus
Hapus